Sekarang pas sembilan hari pasca melahirkan, I feel so much better now, alhamdulillah..

Dedek bayi juga makin lincah kian hari, sudah bisa merubah-rubah posisi tidur miring kanan kiri dan membongkar kain bedong.

Saya mau share pengalaman jelang lahiran yang bikin deg-degan dan panik, tentunya supaya calon new mom yang mengalami kondisi mirip saya gak ikut-ikutan panik. Alasan utama saya merasa panik menjelang persalinan adalah karena kurang akuratnya informasi yang diperoleh mengenai kondisi kehamilan saya.

Sejak awal kehamilan, saya sudah membulatkan tekad untuk menjalani persalinan normal. Setelah berbincang-bincang dengan teman-teman yang telah menghadapi persalinan normal dan caesar, lalu membandingkan mana proses persalinan yang paling nyaman, maka saya bertekad dan berupaya mempersiapkan persalinan normal.

Sejak usia kehamilan memasuki bulan ke-enam, saya sudah mulai melakukan senam kehamilan. Meski nggak rutin, setiap kali ada waktu luang saya menyempatkan diri untuk melakukan gerakan yoga sederhana seperti berjongkok, duduk bersila dengan mempertemukan kedua ujung kaki, mengangkat bokong, dan sebagainya untuk mempersiapkan tubuh menghadapi proses persalinan.

Persiapan mental juga saya lakukan agar tidak tegang. Tahu nggak apa yang saya lakukan biar tidak takut menjelang persalinan ? Saya memfollow beberapa akun di sosial media yang banyak mengekspos informasi seputar kehamilan dan kelahiran. Di salah satu akun yang saya follow, ada yang memperlihatkan secara eksplisit proses kelahiran vaginal di kamar bersalin yang berjalan lancar. Wah, ternyata proses persalinan tidak semengerikan yang dibayangkan selama ini. Melihat bayi-bayi itu keluar dari tubuh ibu mereka sambil menangis turut membuat saya lega dan bahagia. Bagi saya yang awalnya ngeri membayangkan proses persalinan, cara ini ternyata efektif sekali untuk menguatkan mental.

Karena merasa persiapan lumayan cukup, saya merasa percaya diri mampu menjalani persalinan normal. Saya makin lega ketika dokter kandungan mengatakan bahwa janin saya sehat wal afiat ketika memonitor kondisinya melalui alat USG.

Karena akan melahirkan di kota tempat orang tua saya tinggal, saya harus berpindah tempat menjelang usia kehamilan 36 minggu. Dokter yang menangani saya di Bogor menyarankan agar kepulangan saya ke rumah orang tua tidak dilakukan terlalu mepet dengan hari kelahiran.

Berpindah tempat ke Kota Bandar Lampung membuat saya harus mencari dokter kandungan lain. Saya menanyakan perihal tersebut ke rekan-rekan saya yang pernah melakukan persalinan dan memperoleh beberapa referensi dokter kandungan terbaik yang pro dengan persalinan normal.

Dari pemeriksaan sebelumnya, Hari Prediksi Lahir (HPL) dedek adalah tanggal 8 Oktober 2018. Dua minggu menjelang HPL, saya mengunjungi seorang dokter kandungan yang melakukan praktik di salah satu RSIA di Bandar Lampung. Beberapa teman merekomendasikan saya untuk mengunjungi dokter tersebut yang terkenal ramah, komunikatif, dan pro persalinan normal. Hasil pemeriksaan dan konsultasi menunjukkan bahwa kondisi dedek dalam kandungan sehat. Posisi kepala dedek juga sudah masuk ke panggul dan tinggal menunggu hari persalinan.

Namun hingga tanggal 8 Oktober saya merasa masih baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda umum akan melahirkan seperti kontraksi dan mengeluarkan flek-flek darah. Yang dikhawatirkan dari kondisi lahir lewat HPL adalah kondisi tali pusar mengalami pengapuran dan air ketuban yang semakin berkurang.

Ibu saya mengajak kembali ke dokter kandungan untuk memeriksa kondisi janin. Karena sang dokter sedang tidak praktik hari itu, kami datang ke dokter kandungan lain yang sedang praktik di rumah sakit tersebut. Saya menerima diagnosis yang sedikit mengejutkan hari itu. Menurut dokter tersebut, meskipun kepala janin telah berada di panggul, namun posisi tubuhnya belum ideal. Untuk proses persalinan normal, idealnya wajah bayi menghadap ke tulang ekor sang ibu atau disebut posisi anterior. Sementara itu, wajah dedek bayi malah membelakangi tulang ekor saya atau disebut posisi posterior.

Saya disarankan untuk banyak berjalan dan berjongkok agar dedek bayi bisa memutar tubuhnya. Sang dokter meminta saya untuk kembali lagi minggu depan. Dia bilang kalau posisi bayi belum ideal, maka proses persalinan harus melalui operasi caesar. Huhu.. jujur saya sempat down mendengar itu karena merasa usaha saya untuk bisa lahiran normal selama ini terasa sia-sia.

Tidak puas dengan diagnosis sang dokter, saya berupaya mengunjungi dokter lainnya untuk mendengar second opinion. Ibu saya mendapat masukan dari temannya untuk mengunjungi dokter kandungan lain yang merupakan salah satu dokter kandungan terbaik di Bandar Lampung. Hasil pemeriksaan dan diagnosis dokter tersebut berbeda dari dokter sebelumnya. Menurutnya, kondisi janin saya sehat, tali pusar masih dalam kondisi baik, dan air ketuban dalam jumlah yang cukup. Dokter berpesan agar saya minum air putih dalam jumlah yang cukup karena saya mengalami gejala dehidrasi. Posisi dedek bayi sedang berbaring miring, tanpa lilitan tali pusar, dan kepala sudah masuk panggul sehingga tidak ada masalah untuk melahirkan normal. Saya merasa lega mendengar penjelasan itu.

Hingga tanggal 20 Oktober 2018, saya belum merasakan ada tanda-tanda dedek bayi akan keluar, padahal sudah hampir lewat dua minggu sejak HPL. Saya makin intens melakukan aktivitas fisik seperti berjalan kaki, senam, dan mengepel berjongkok.

Di tanggal 25 Oktober pukul 02.00 dini hari, saya mulai merasakan kontraksi yang semakin intens. Saya berjongkok dan duduk bersila untuk mengurangi nyeri dan tiba-tiba air ketuban merembes keluar. Wah, akhirnya..

Saya segera minta dibawa ke rumah sakit karena tanda-tanda persalinan terasa semakin dekat. Pukul 04.00 dini hari, saya tiba di rumah sakit. Petugas kesehatan segera memberitahu dokter bahwa saya akan segera melahirkan. Sayup-sayup, saya mendengar perawat memperoleh instruksi dari sang dokter melalui sambungan telepon untuk mempercepat proses kelahiran dengan induksi.

Tak berapa lama, seorang perawat menghampiri saya di ruang IGD, memeriksa seberapa lebar bukaan yang telah saya alami. Ternyata masih bukaan satu.

“Nanti diinduksi ya bu, supaya proses bukaannya cepat.” Kata si perawat memberi tahu saya.

Tak berapa lama ia datang membawa infus dan suntikan berisi cairan induksi. Setelah selang infus terpasang dengan baik di pergelangan tangan kanan saya, perlahan cairan infus turun dan mengalir ke dalam pembuluh darah. Selang beberapa lama kemudian, saya merasakan mules yang tidak tertahankan.

Satu jam kemudian, perawat memeriksa saya dan jalan lahir telah mengalami pembukaan sembilan. Saya melihat dokter datang ke dalam ruangan bersalin, bersiap membantu melakukan proses persalinan. Setelah mengejan beberapa kali, saya melihat sang dokter menarik dan mengangkat seorang makhluk mungil yang menangis tersedu-sedu, lalu meletakkannya di atas dada saya. Selamat datang dedek bayi.. 🙂

Pengalaman ini membuat saya lebih bijak dalam menyikapi ketidakpastian menunggu kelahiran. Jika jadwal kelahiran melewati hari prediksi lahir, tetaplah tenang. Lakukan pengecekan rutin ke dokter untuk memastikan kondisi kesehatan janin.

Ada tiga kondisi janin yang perlu diperhatikan dan ditanyakan ke dokter. Pertama, kondisi air ketuban. Apakah masih dalam jumlah cukup atau makin berkurang ? Air ketuban berfungsi melindungi bayi dari infeksi. Jika persediaan air ketuban berkurang, maka dikhawatirkan bayi bisa mengalami infeksi. Jika persediaan air ketuban masih mencukupi, kesehatan janin dalam kandungan tetap terjaga.

Kedua, kondisi aliran darah bayi ke tali pusar dan otak. Apabila aliran darah ke tali pusar dan otak masih normal dan lancar dengan pemeriksaan USG, maka kondisi bayi masih sehat.

Ketiga, posisi bayi. Jika posisi kepala bayi sudah memasuki panggul, tidak sungsang, maka Moms bisa melahirkan normal.

Jika kondisi air ketuban masih cukup, aliran darah ke tali pusar dan otak bayi masih baik, dan posisi kepala janin sudah masuk panggul, maka Moms tidak perlu panik meski kelahiran sudah melewati HPL. Tetap tenang dan ditunggu saja ya Moms.. Dedek bayi akan keluar jika sudah pada waktunya.

At least, bagi saya yang paling penting adalah tetap tenang menjelang persalinan. Saya sempat stres ketika dedek bayi tidak kunjung lahir padahal sudah lewat HPL. Kondisi stres tentu tidak sehat bagi dedek bayi karena bisa membuatnya bergerak-gerak tidak nyaman dalam kandungan sehingga mengalami resiko terlilit tali pusar dan mengalami masalah psikis dalam fase tumbuh kembangnya di kemudian hari.

Untuk mengurangi ketegangan dalam persalinan, belajar untuk berserah diri kepada takdirNya adalah hal terbaik. Berserah diri bagi saya berarti menjalani semua ketidaknyamanan yang dihadapi tanpa rasa mengeluh dan meyakini sepenuhnya bahwa pertolongan Allah akan datang di saat-saat kita tidak berdaya.

1 reply
  1. Maya
    Maya says:

    Sya, sdang menunggu kelahiran bayi sya.. sudah kelewat 3 hari dari hpl, sempet stress karena beberapa teman saya sudah lahiran malah sebelum hpl.. membaca post ini sya menjadi lebih tenang.. semoga bisa tetap tenang, dan adek bayiku cepat lahir, selamat dan sehat sempurna, aamiin

    Reply

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *