Menjalani peran baru sebagai seorang ibu menyenangkan sekaligus menantang. Menyenangkan karena kita bisa menghabiskan waktu bersama si kecil untuk bermain bersama, memantau tumbuh kembangnya, dan belajar ilmu baru.
Menjadi ibu juga merupakan peran yang cukup menantang. Ketika belum memiliki anak, kita bisa mengatur dan memprediksi aktivitas-aktivitas dengan lebih terkontrol. Waktu tidur bisa kita atur sesuai kebutuhan, masih bebas berpergian dengan izin suami, dan masih cukup leluasa hang out dengan teman-teman.
Ketika menjadi ibu, kehidupan kita terasa berbeda. Banyak perubahan yang terjadi sehingga kita mesti beradaptasi melakukan penyesuaian-penyesuaian. Mengurus bayi yang baru lahir cukup menguras energi dan kesabaran kita. Bergadang dan bangun di waktu malam menjadi rutinitas pada tiga bulan pertama pasca kelahiran bayi, proses awal menyusui membutuhkan ketelatenan, dan kita butuh menyiapkan stok kesabaran ekstra saat mendengar bayi menangis.
Tidak mengherankan jika para ibu baru rentan mengalami stres bahkan baby blues pasca melahirkan. Ini disebabkan karena seorang ibu baru membutuhkan waktu untuk mempersiapkan mental dan melakukan penyesuaian-penyesuaian menyambut tugas dan tanggung jawab baru.
Selama menjalani proses adaptasi sebagai ibu baru, tidak sedikit yang memberikan kritikan kepada sang ibu. Mulai dari cara menggendong, berkomunikasi dengan bayi, proses pengasuhan, pemberian susu, hingga kondisi fisik ibu pasca melahirkan.
Kritikan yang ditujukan kepada ibu baru tidak sedikit melukai perasaannya. Kondisi fisik pasca melahirkan dan kesibukan mengurus bayi terkadang membuat perasaan ibu menjadi lebih sensitif sehingga kritikan yang sebenarnya biasa pun bisa menyakiti perasaan sang ibu.
Kepekaan emosional dan dukungan positif dari orang sekitar sangat dibutuhkan ibu dalam menjalani masa-masa beradaptasi. Pengalaman saya pasca kelahiran kemarin tentang dukungan orang-orang sekitar benar-benar sangat membantu dan membuat suasana batin saya menjadi lebih tenang. Beberapa tips berikut ini bisa menjadi masukan buat orang-orang di sekitar ibu baru untuk memberikan bantuan dan dukungan yang tepat kepada ibu baru.
1. Memberi Masukan Dengan Contoh
“Kok cara gendongnya begitu sih ?”
“Kok gantiin popok aja lama banget ?”
“Kok posisi menyusuinya gak enak banget sih ?”
Komentar-komentar tersebut terdengar familiar dengan ibu baru yang masih proses belajar merawat bayi. Kadang saya senyum-senyum sendiri saat mendengar komentar itu ditujukan kepada saya saat di masa-masa awal merawat anak pertama. Ya jelas dong, saya masih belajar dan perlu beradaptasi. Namun sewaktu mood sedang memburuk, saya kadang merasa nggak nyaman juga dengan komentar tersebut.
Saya paham maksud orang-orang yang melontarkan komentar tersebut, sebenarnya itu cara mereka memberikan perhatian dan masukan kepada kita. Namun ternyata ada cara yang lebih efektif dalam memberikan masukan kepada sang ibu, yakni dengan memberikan contoh langsung kepada sang ibu dengan cara yang lembut. Misalnya saat tengah melihat sang ibu menggendong bayi dengan posisi tangan kurang pas, kita bisa langsung membenarkan letak tangan sang ibu dan mengatakan, “Kalau dipeluk begini, dedek bayi lebih merasa nyaman sepertinya.”
Ketika melihat sang ibu menggantikan popok dalam waktu yang lama karena kebingungan, kita bisa menawarkan bantuan kepadanya sambil memberikan tips-tips memasangkan popok yang membuat bayi merasa nyaman.
2. Hindari Kata-kata yang Menghakimi
“Kamu ini nggak becus banget gendong bayi.”
“Mandiin bayi aja kaku banget sih.”
“Kok anaknya nangis terus, diemin bayi aja gak bisa.”
Pernah mendengar orang lain mengatakan kata-kata penghakiman ke ibu baru ? Tanpa sadar sebenarnya dia sedang melakukan kekerasan secara verbal.
Kata-kata itu jelas bisa menyakiti perasaan ibu baru. Mereka yang sedang berusaha belajar dan melakukan adaptasi dengan peran barunya bisa-bisa merasa sedih dan menumpahkan stresnya kepada sang bayi. Kita tentu tidak ingin itu terjadi bukan? Maka, hindarilah kata-kata yang bersifat penghakiman yang bisa membuat perasaan ibu tertekan.
Daripada mengeluarkan kata-kata penuh penghakiman, lakukan tindakan seperti poin pertama jika ingin memberi masukan kepada sang ibu.
3. Memberi Dukungan Emosional
Dukungan emosional seperti pujian dan kata-kata menenangkan bisa membuat ibu semangat melalui proses beradaptasi menjalani peran barunya. Ketika ibu merasa buruk dengan dirinya sendiri karena tidak bisa menenangkan bayi yang menangis, kita bisa memberinya kata-kata menenangkan, “Tidak apa-apa, kamu sudah berusaha menenangkannya. Mungkin dia menangis karena sedang kolik.”
Memuji usaha ibu atas sesuatu yang telah ia lakukan pun bisa memberinya semangat dalam merawat bayi, seperti pujian karena ia telah berusaha memberikan ASI eksklusif : “Kamu sudah berusaha dengan baik dalam usaha memberikan ASI eksklusif.”
4. Memberi Kemudahan Kepada Ibu Untuk Menjalankan Peran Barunya
Rutinitas ibu sehari-hari dalam merawat bayi mungkin bisa membuatnya suntuk. Ayah dan orang sekitar bisa membantu ibu untuk merawat bayi apabila dibutuhkan. Saat ibu terlihat lelah, ayah atau orang di sekitarnya bisa menawarkan bantuan untuk menggendong bayi. Memberikan ibu waktu untuk me time dan bersantai sejenak dapat mengurangi tingkat stres pada sang ibu sehingga ia merasa lebih bugar dan semangat dalam merawat bayi.
Sangat penting membuat sang ibu merasa baik dengan dirinya sendiri. Perasaan positif itu tidak hanya bermanfaat bagi kondisi psikologis sang ibu, tetapi juga bayi yang sedang dirawatnya. Terima kasih untuk Anda yang telah memberikan kesempatan kepada ibu baru untuk beradaptasi menjalani peran barunya.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!